Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Kyai Menguak Keberkahan Air dan Tanah (Bag. 3/Habis)

Santrionline.net ~ Delapan tahun saya dekat dengan Gus Dur. Saya punya rekaman 95 menit dengan Gus Dur, dan itu tidak dimiliki oleh yang lain. Saat itu tiba-tiba Gus Dur minta dibawakan tim media saya. Gus Dur hanya memakai celana pendek sambil tiduran di ruang tamu minta direkam.  “Pak sudah siap,”  kata saya. “Ya sudah,”  jawab Gus Dur. “Mohon Bapak pakai sarung,”  protesku karena tak pantaslah Gus Dur sebagai narasumber hanya memakai celana pendek. Kata Gus Dur,  “Lhoh, kan sumber utamanya Anda. Anda yang harus rapih. Saya hanya mendampingi.” Akhirnya saya minta Mas Munif, menantunya Mbah Abdul Jalil Mustaqim, untuk mengambilkan sarung. Lalu sarung itu diberikan ke Gus Dur dan hanya ditutupkan di atas celana. 90 menit tiba-tiba Gus Dur cerita soal kuliah dan belajar beliau. Gus Dur itu sosok pendendam yang baik. Dulu pernah saya di pesawat bersama Gus Dur, saya ijin,  “Mohon maaf, Nurcholis Majid mau ke rumah saya di Jatiwangi.” “Iya, dia mau jadi presiden. Tapi nggak mungkin,”  jaw

Kyai Menguak Keberkahan Air dan Tanah (Bag. 2)

Santrionline.net ~ Ramadhan kemarin, ketika saya diundang oleh Kick Andy, dibuatkan sebuah acara bertajuk ‘Dakwah Ramah’ dengan merangkul anak-anak jalanan. Perasaan saya dan istri serta beberapa penonton di ruangan itu, melihat tidak ada yang salah dengan pernyataan saya. Namun ada perasaan tidak enak di hati saya. Melihat yang sudah-sudah sekelas Ketua Umum PBNU saja (Kyai Said Aqil) dibully terus-terusan, tapi beliau bandel. Hingga saya pernah bertanya,  “Kyai kok tenang-tenang saja? ” Jawab Kyai Said enteng,  “Lha wong HP saya jadul.”  Jadi selama ini beliau tidak bermedsos seperti twitter, facebook ataupun lainnya. Giliran Gus Mus yang saya tanya,  “Abah tenang-tenang saja?”  Jawab Gus Mus,  “Lha iya, kita mikirnya Allah saja, kenapa mikir manusia?”  Beliau kalau ke saya sangat luwes. Saya juga pernah bertanya kepada Mbah Mun (KH. Maimoen Zubair), karena sekelas beliau ada saja yang menyerang. Namun jawab Mbah Mun, “Saya itu senang aja dikomentari, mau jelek atau tidak.”  Habib L

Kyai Menguak Keberkahan Air dan Tanah (bag. 1)

Santrionline.net ~ Sewaktu awal saya mondok 6 tahun di Baitul Arqom al-Islami Ciparay Bandung, pada Kyai Ali Imron Faqih, adik iparnya Kyai Ilyas Ruhiyat. Setelah itu melanjutkan ke Kyai Mudzakir di Banyurip Pekalongan, murid dari Mbah Dimyathi Termas, saya dapat ijazah Dalail dari beliau. Anehnya oleh adik Kyai Mudzakir –sosok unik yang selama 40 tahun tidak pernah keluar kamar- saya diajarkan cara berdebat dan cara mempertahankan Ahlussunnah wal Jama’ah lewat surat yang ditulis sangat bagus oleh beliau, termasuk diajarkan mencintai para habaib. Dari Kyai Mudzakir lah saya dipertemukan dengan Habib Luthfi Bin Yahya, yang waktu itu masih muda, dan Habib Ali Alattas (guru Habib Luthfi) saat itu masih hidup. Habib Ali Alattas adalah habib sepuh di Pekalongan yang unik. Tidak bisa melihat tapi mampu mengajar kitab Syarah Bukhari, yang berarti beliau hafal kitab tersebut di luar kepala. Dari Habib Luthfi saya minta petunjuk, dan dijawab oleh beliau,  “Nanti setelah beres dari Kyai Mudzakir

Kenapa Habib Luthfi Fanatik Kepada NU? Ini Jawabannya

Santrionline.net ~ Dulu saya sering duduk di rumahnya Kyai Abdul Fattah, untuk mengaji. Di situ ada seorang wali, namanya Kyai Irfan Kertijayan. Kyai Irfan adalah sosok yang nampak hapal keseluruhan kitab Ihya Ulumiddin, karena kecintaannya yang mendalam pada kitab tersebut. Setiap kali ketemu saya beliau pasti memandangi dan lalu menangis. Di situ ada Kyai Abdul Fattah dan Kyai Abdul Adzim. Lama-kelamaan akhirnya beliau bertanya, “Bib, saya mau bertanya. Cara dan gaya berpakaian Anda kok sukanya sarung putih, baju dan kopyah putih, persis guru saya.” “Siapa Kyai?” jawabku. “Habib Hasyim bin Umar,” Jawab Kyai Irfan. Saya mau ngaku cucunya tapi kok masih seperti ini, belum menjadi orang yang baik, batinku dalam hati. Mau mengingkari/berbohong tapi kenyataannya memang benar saya adalah cucunya Habib Hasyim. Akhirnya Kyai Abdul Adzim dan Kyai Abdul Fattah yang menjawab, “Lha beliau itu cucunya.” Lalu Kyai Irfan merangkul dan menciumiku sembari menangis hebat saking gembiranya. Kemudian

Cara Para Wali Menanam Islam di Tanah Jawa

Santrionline.net ~ Cara mengajar para wali jaman dahulu, menyebut Allah agar tidak terlalu nampak menyebutnya dengan Gusti Pengeran, Rasulullah dengan Kanjeng Nabi, Shalat dengan Sembahyang, Mushalla dengan Langgar, Syaikh atau Ustadz dengan Kyai, Tilmidzun Muridun dnegan Santri, Kalimat Syahadat dengan Kalimosodo, Syahadatain dengan Sekaten. Cara para wali menasihati masyarakat tidak dengan (bahasa) Arab, tapi dengan isyarat, asal bisa diterima. Ingin jadi orang baik, cukup dinasihati, “Jangan lupa Jempol ya,” begitu saja. Jempol itu bagus, tidak sempurna jika tidak ada Jenthik (kelingking). Jenthik itu maknanya jangan otak-atik barang orang lain, jangan suka mencuri. Jadi para wali jaman dulu tidak perlu berdalil “As-sariqu was-sariqatu faqtha’u aidiyahuma” atau dengan dalil hadits “Lau anna Fathimata bintiy saraqat laqatha’tu yadaha”. Terus Jari Manis, jangan bermanis-manis wajah. Jadi Penunggul, jadilah orang yang unggul tapi tidak sombong. Jadi Penuduh, jadilah yang bisa memberi

Kronologi Lengkap Fatwa Abuya Muhtadi Melarang Ormas HTI dan FPI

Santrionline.net ~ Beberapa saat yang lalu viral video cuplikan fatwa Abuya Muhtadi Pandeglang Banten yang berfatwa melarang ormas HTI dan FPI ada di Indonesia. Karena menyisakan perdebatan dan polemik yang tiada ujungnya, maka berikut ini saya sajikan edisi lengkapnya tanpa potongan. Disajikan apa adanya agar menjadi jelas tanpa ditutup-tutupi. Setelah para santri Gus Dur yang dipimpin KH. Wahid Maryanto, yang biasa disapa Pak Acun, sowan ke kediaman Abuya Uci Turtusi di Cilongok Banten maka rombongan bertolak ke kediaman Abuya Muhtadi Pandeglang Banten. Acara itu dalam rangka melestarikan laku amaliah Gus Dur semasa hidupnya, yakni berziarah (sowan) ke makam-makam orang shaleh dan ziarah kepada para sesepuh dan orang-orang shaleh yang masih hidup. Dan acara sowan ini berlangsung tahun 2015 silam. Sesampai di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Cidahu, Pandeglang, Banten, asuhan KH. Ahmad Muhtadi Dimyathi, rombongan disambut dengan hangat dan ramah oleh sang pengasuh. Mewakili rombongan

Cara Membedakan antara Malaikat dan Setan

Santrionline.net ~ Pernah terjadi antara Nabi Muhammad Saw. dan Sayyidah Khadijah Ra. setelah pengangkatan Muhammad Saw. sebagai Nabi Akhir Jaman dengan ditandai penerimaan wahyu pertama QS. al-Alaq ayat 1-5: Seperti yang telah direncanakan, ketika Jibril As. menemui Baginda Nabi Saw. maka beliau segera memanggil istri tercintanya itu.  “Wahai Khadijah, ini Jibril datang padaku." “Kemarilah suamiku. Duduklah di atas pahaku yang sebelah kiri,"  seru Khadijah Ra. Mendengar permintaan itu, Nabi Saw. langsung duduk di atas paha Khadijah. Sesaat kemudian istrinya berbisik lirih di telinga beliau,  “Apakah kau masih melihatnya?” “Ya,”  jawab Nabi Saw. “Suamiku, beralihlah ke paha sebelah kanan." Nabi Saw. lantas pindah ke paha Khadijah sebelah kanan. Beliau kembali berbisik di telinga suaminya,  “Apakah kau masih melihatnya?” “Ya,”  jawab Nabi Saw. Pelan-pelan Khadijah kemudian membuka cadarnya sehingga wajah dan kepalanya terbuka. Sambil memangku Nabi, Khadijah kembali berta

Selamat dan Sukses PERWIMANAS Ma'arif NU 2017

Lembaga Pendidikan Maarif NU merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki peran yang sangat strategis untuk meningkatkan upaya membangun, menumbuhkan, dan memelihara semangat persatuan kesatuan, bela negara, dan nasionalisme. LP Nahdlatul Ulama ingin memberikan kontribusi terhadap pembangunan mental dan karakter anak bangsa melalui kegiatan kepramukaan yang dikemas dalam bentuk perkemahan secara nasional. Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma'arif Nasional (Perwimanas) adalah perkemahan nasional yang diikuti oleh anggota pramuka tingkat penegak (SMA/MA/SMK) dilingkungan pendidikan Ma’arif NU.  Perwimanas pertama kali di selenggarakan di Bumi Perkemahan Pondok Pesantren Babussalam, Kalibening, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. diikuti oleh 2.220 anggota pramuka ma’arif yang berasal dari 23 Propinsi dan 32 Kabupaten/Kota di Indonesia.  Untuk Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma'arif NU Nasional (Perwimanas ) yang ke 2 (dua) penyelenggaraanya di Lapangan Tembak Akmil Salaman dan Pondo

Dari Santri Untuk Negeri, Timnas U-19 berhasil ke Semifinal Piala AFF U-18

Bagi sebagian pencinta Sepakbola Nasional mungkin asing dengan nama Rafli Mursalim . Rafli Mursalim sendiri merupakan jebolan dari kompetisi Liga Santri Nusantara 2016, di turnamen itu Rafli bahkan sukses mencatatkan diri sebagai top skor dengan torehan 15 gol serta gelar pemain terbaik. Rafli sendiri memang mondok di pesantren, ia tercatat mondok di pesantren Al-As’ariyah, Banten.  Liputan6.com Rafli Mursalim, adalah pencipta Gol ke-8 Timnas pada Piala AFF-18 Indonesia-Filipina, kecerobohan dari kiper Filipina, Quincy Julian di area terlarang pada menit akhir babak kedua pertandingan melawan Timnas U-19 Indonesia membuat wasit menunjuk titik putih. Pemain bernomor punggung 9, Rafli Mursalim maju sebagai algojo. sepakan bolanya yang begitu keras tak mampu dihalau kiper pengganti Flipina. Indonesia pun memimpin 8-0 saat itu sebelum akhirnya digenapkan menjadi 9-0 setelah Reski Fandi merobek gawang Filipina. Pada babak penyisihan Group B Piala AFF-18 2017 di Thuwunna Stadium, Yangon, Rab

HALAQOH DAI CYBER NU

Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) meresmikan Komunitas Internet Marketer Nahdlatul Ulama (IMNU) di Hotel Grand Asrilia, Kota Bandung,Sabtu (9/9/2017). Komunitas IMNU itu diresmikan oleh ketua LD PBNU, KH Maman Imanul Haq dan disaksikan oleh sejumlah mahasiswa NU dari berbagai Universitas di Bandung. Santrionline.net Menurut Maman, Komunitas IMNU merupakan perkumpulan dari para pelaku dan pemain Internet Marketing yang menekuni bidang Blogger, Youtuber, Affiliate Marketer, Develop Android, dan beberapa bidang lainnya di Indonesia yang tentunya berfaham Aswaja An Nahdliyah. "Mereka sebagai santri dan anak-anak muda NU merasa prihatin dengan kondisi saat ini yang banyak konten-konten radikal dan intoleransi di dunia maya," ujar Maman di Hotel Grand Asrilia, Sabtu (9/9/2017). Menurutnya, hadirnya Komunitas IMNU bisa membantu tugas LDNU dalam melawan radikalisme di Indonesia sekaligus menyebar konten-konten positif baik di Social Media maupun di Google yang

Perjalanan Haji Sang Blawong

Oleh : Muhammad Wahyudi (Kanthongumur) Mendengar kata Blawong , pikiran kita akan berkelana mencoba mengilustrasikan Blawong itu apa. Blawong adalah burung perkutut mahal yang bunyinya sangat indah dan merdu, terdapat di istana Kerajaan Brawijaya. Alunan suaranya mengagumkan, semua akan terpana tatkala Blawong sedang berkicau, seolah burung itu punya karisma yang luar biasa. Julukan Blawong oleh KH. Zainuddin Mojosari disematkan kepada KH. Ahmad Djazuli Utsman bin Sahal, Ploso Mojo Kediri. Sebab menurut Guru KH. Wahab Hasbullah ini, kelak Mas'ud (nama kecil KH. Ahmad Djazuli) akan menjadi ulama besar, yang selanjutnya mencetak generasi-generasi unggul. Banyak kisah dan kesaksian keluarga, para kyai, santri tentang kecintaan beliau terhadap ngaji, bahkan salah satu prinsip hidup yang ditanamkan adalah "afdholut thuruq ilallah thariqatut ta'lim wat ta'allum" (sebaik-baik tariqah menuju Allah adalah belajar dan mengajar). Bahkan ketika beliau menunaikan rukun Is

Konflik Rohingya; Benci Pembunuh, Bukan Benci Buddha

Kita semua sepakat, bahwa konflik Myanmar yang melanda wilayah Rakhine akhir-akhir ini adalah sebuah tindakan keji yang di lakukan oleh rezim militer Myanmar terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya. Anggapan tentang sedang di lakukannya genosida (pembersihan etnis) oleh pemerintahan Myanmar pun mendapat respon keras dari negara-negara di belahan dunia. Indonesia, satu dari di antara beberapa negara yang turut pasang badan mengutuk kejadian tersebut pun vokal dalam hal ini. Melalui Menlu RI, Retno LP Marsudi , pemerintah Indonesia berupaya keras melakukan lobi diplomatik untuk Rohingya. Tindakan nyata tanpa perlu teriak boikot sana-sini dari pemerintah ini sangat pantas kita apresiasi bersama. Di tengah-tengah perbincangan mengenai konflik Rohingya, timbul wacana bahwa, " Mayoritas umat Buddha Myanmar mengeksekusi minoritas umat Muslim Rohingya ". Wacana tersebut memang sulit untuk bisa kita patahkan. Sebab ini fakta. Namun yang menjadi perhatian ialah, adanya konsolidasi