Langsung ke konten utama

MENGGAPAI ASA BERSAMA UNIVERSITAS TERBUKA

Menggapai Asa Bersama Universitas Terbuka

Santrionline.net -Kesetaraan dan pemerataan pendidikan menjadi salah satu tujuan didirikannya suatu institusi pendidikan. Prinsip ini pula yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28(C) ayat 1 dimana hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali dijamin oleh negara. Oleh karenanya, sangatlah perlu bagi suatu institusi pendidikan untuk tak hanya menunggu 'bola' namun menjemputnya. Apalagi jika mengingat tantangan dari kondisi geografis dan demografis Indonesia yang sangat beraneka ragam.

Sejalan dengan tujuan pemerataan dan kesetaraan pendidikan tersebut, Universitas Terbuka (UT) terus mengupayakan perannya sebagai Perguruan Tinggi yang menerapkan sistem terbuka dan jarak jauh yang dirasa tepat dengan kondisi geografis dan demografis Indonesia tersebut agar dapat berjalan dengan optimal.

Untuk itu, UT secara terus menerus dan sistematis melakukan berbagai upaya sosialisasi dan edukasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Bekerja sama dengan Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) wilayah Lebak, Banten, UT melakukan silaturakhmi dan saresehan pada 26 Mei 2016 yang bertempat di Pondok Pesantren Darussalam desa Sukamanah, Malingping-Kabupaten Lebak, Banten. Acara yang bertajuk "UT dan Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Wilayah Lebak Banten Siap Mendukung Program Lebak Cerdas 2019 Berdasarkan Keimanan dan Ketaqwaan" tersebut dihadiri oleh sekitar 150 orang. Acara ini juga dihadiri oleh Kabid Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Pakis) Kemenag Provinsi Banten Dr. H. Mahfudin, S.pd., M.Si, Pembantu Rektor IV UT Dr. Mohammad Yunus, M.A., Dekan FKIP-UT Drs. Udan Kusmawan, M.A, Ph.D., Kepala UPBJJ-UT Serang Drs. Maman Sudirman, S.Pd., M.Pd., Ketua FSPP K.H. Idin Rosyidin, 76 pengasuh pondok pesantren (Ponpes) se-Lebak Selatan, unsur Muspika Malingping, serta tuan rumah Pemilik dan Pengurus Pondok Pesantren Darussalam K.H. Syarifudin serta para santri dari 76 Ponpes.

Sebagai upaya menjangkau berbagai lapisan masyarakat, kali ini UT menyelenggarakan kegiatan sosialisasi dan edukasi di Ponpes. Hal ini dianggap perlu mengingat besarnya komunitas ponpes dan berkembang pesat khususnya di pulau Jawa, seiring dengan tingginya minat orang tua memasukkan anaknya ke pesantren. Namun, kehidupan santri khususnya santri ponpes 'salaf' dan juga jajaran pengajarnya yang kesehariannya dihabiskan di pesantren untuk belajar dan mengajar agama membuat mereka tidak mempunyai waktu belajar di universitas tatap muka. Melihat fenomena tersebut, UT merasa berkewajiban untuk memberikan layanan pendidikan berkualitas bagi mereka, sehingga mereka dapat menempuh pendidikan tinggi tanpa meninggalkan aktivitas kesehariannya di pesantren. "Para santri itu punya kesanggupan belajar mandiri yang luar biasa. Biasa belajar tengah malam, pagi hari, siang hari, dan sore hari. Yang menjadi persoalan, banyak pesantren yang tidak memiliki informasi yang cukup tentang pendidikan tinggi seperti Universitas Terbuka dengan sistem pendidikan yang terbuka dan jarak jauh (PTJJ)", tutur Pembantu Rektor IV Dr. Mohammad Yunus, M.A. sembari menyampaikan informasi tentang UT dan sistemnya kepada para ulama dan undangan.

Salah satu yang menarik dalam acara ini adalah hadirnya pengusaha-pengusaha setempat. Kehadiran para pengusaha tersebut merupakan salah satu langkah untuk melihat potensi yang bisa digali dari ponpes dan santrinya selain juga melihat potensi kontribusi Corporate Social Responsibility yang mungkin dapat dilakukan perusahaan ke depan.

Bak gayung bersambut, sarasehan yang diselenggarakan hingga menjelang sore ini disambut baik oleh para ulama, santri, tokoh masyarakat dan pimpinan daerah. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh hadirin yang hadir.

Red:Isa Anshori

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah sejak 1852 M

Jawa Timur.Santrionline - Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah merupakan Pesantren yang didirikan Mbah Busyro Al Khafi yang waktu mudanya belajar selama 17 tahun di Mekah. Pendiri Pesantren ini merupakan ayahnya Mbah Soleh yang mempunyai istri yang bernasab dengan Mbah Maimoen di Pesantren Al Anwar Sarang Rembang. Pesantren ini sudah mempunyai sekolah Formal, tapi tetap menjaga tradisi baca kitab turost dengan membangun Pesantren Kidul di sebelah selatan pesantren. Kiai Abdul Azis yang ditemui suarapesantren.net pada 29 Maret 2016 mengungkapkan bahwa dirinya meneruskan memimpin Pondok Kidul yang merupakan cabang dari Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah di Beji Jenu Tuban Jawa Timur. Pesantren yang terletak di jalur Pantura Tuban ini disebelah Barat yang juga disebut sebagai Pondok Kidul atau sebelah Selatan, sedang pusatnya di sebelah Utara. Dalam bangunan klasik yang terbuat dari kayu berpilar empat itu, tertulis tahun 1852 Masehi di mana tempat itu merupakan tempat penga

Perkawinan Dimata Gus Mus

Perkawinan itu pertemuan dua hal yang berbeda sekali. Ia tidak seperti perbedaan dua hal antar suku, atau antar Negara. Kedua yang terakhir ini lebih banyak jalan menjembataninya untuk bisa damai. Tetapi perbedaan dalam perkawinan adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Relasi suami isteri dalam rumah tangga tidak selalu indah, tidak selamanya membahagiakan, tidak selama damai. Selalu saja ada masa sulit, pertengkaran, percekcokan dan seterusnya. Menyelesaikannya tidak mudah, perlu hati-hati sekali. Paling-paling hanya tiga bulan saja masa-masa indah itu. Selebihnya bergelombang-gelombang. Orang bilang bahwa perempuan itu lemah, dan laki-laki itu kuat. Ini tak sepenuhnya benar, Kita coba saja laki-laki untuk membawa beras enam kilogram secara terus menerus, berjam-jam, berhari-hari dan berbulan-bulan. Satu atau dua jam mungkin bisa, tetapi terus menerus tanpa henti?. Apakah sanggup?. Saya kira tak ada. Laki-laki, suami, biasanya mengaku cepat lelah. Ia lebih suka duduk sambil

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Ketika Didzalimi Dibalas Dengan Menyayangi

Keterangan foto: Yang sedang naik becak adalah al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang dan al-Habib Ali bin Husein Alattas Bungur Santrionline- Suemdang, Dahulu di masa al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang masih hidup, ada seseorang yang sangat membencinya dan orang itu tinggal di Kwitang. Kelakuan orang itu terhadap al-Habib Ali al-Habsyi sunggah tidak terpuji. Bila lewat di hadapannya dengan sengaja meludah di depan al-Habib Ali al-Habsyi, sampai-sampai membuat marah para murid al-Habib Ali al-Ha bsyi. Hingga suatu saat, al-Habib Ali al-Habsyi memberikan jatah sembako berupa beras kepada orang itu. Dengan memanggil muridnya, al-Habib Ali al-Habsyi memerintahkan agar beras itu diberikan kepada orang itu. Hal ini membuat bertanya-tanya sang murid. Namun belum sempat ditanyakan, al-Habib Ali al-Habsyi berkata: “Berikan ini, tapi jangan bilang dari saya. Bilang saja dari kamu.” Lebih dari 2 tahun orang itu menikmati jatah sembako yang diberikan al-Habib Ali al-Habsyi kepadanya melalui p