Perkawinan itu pertemuan dua hal yang berbeda sekali. Ia tidak seperti perbedaan dua hal antar suku, atau antar Negara. Kedua yang terakhir ini lebih banyak jalan menjembataninya untuk bisa damai. Tetapi perbedaan dalam perkawinan adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Relasi suami isteri dalam rumah tangga tidak selalu indah, tidak selamanya membahagiakan, tidak selama damai. Selalu saja ada masa sulit, pertengkaran, percekcokan dan seterusnya. Menyelesaikannya tidak mudah, perlu hati-hati sekali. Paling-paling hanya tiga bulan saja masa-masa indah itu. Selebihnya bergelombang-gelombang.
Orang bilang bahwa perempuan itu lemah, dan laki-laki itu kuat. Ini tak sepenuhnya benar, Kita coba saja laki-laki untuk membawa beras enam kilogram secara terus menerus, berjam-jam, berhari-hari dan berbulan-bulan. Satu atau dua jam mungkin bisa, tetapi terus menerus tanpa henti?. Apakah sanggup?. Saya kira tak ada.
Laki-laki, suami, biasanya mengaku cepat lelah. Ia lebih suka duduk sambil minum kopi, atau memilih tidur-tiduran, daripada membawa beban berat itu. Tapi, lihatlah perempuan. Berapa kilogram berat benda yang ada dalam kandungan perempuan itu? Nanti ketika saatnya tiba akan melahirkan, beban itu semakin berat. Banyak sekali laki-laki (suami) hanya menunggu di luar kamar persalinan, sambil berjalan ke sana ke mari atau menunggu di kursi sambil merokok. Sementara isterinya sedang mengerang, menahan sakit luar biasa. Maka dari itu perhatikan baik-baik isterimu. Temani dia dimana saja apalagi ketika dia melahirkan, bantulah persalinannya, duduklah disampingnya, kuatkan hatinya.
(Ditranskip dalam mauidzoh hasanah walimatul 'arsy Ning Khodijah & Gus Rojih)
Komentar
Posting Komentar