Langsung ke konten utama

Santri Writer Summit 2017 “Writer for Peace: Spreading Peace Through Literature”

Peserta Satri Writer Summit 2017 /santrionline.net
Depok, Santrionline
Santri Writer Summit 2017 adalah sebuah konferensi santri nasional pertama di Indonesia yang diselenggarakan oleh Santrinulis bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Diniyah & Pontren Kementerian Agama RI sebagai salah satu agenda dari peringatan “Hari Santri Nasional 22 Oktober”.
Acara ini berlangsung selama 2 hari, yaitu Sabtu-Minggu, 28-29 Oktober 2017 di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, dengan tema “Writer for Peace: Spreading Peace Through Literature”. Santri Writer Summit 2017 diikuti oleh 50 delegasi pesantren se-Indonesia.

Ahmad Zayadi Direktur Dit.Pendidikan Diniyah dan Pontren Kemenag /santrionline.net
Ahmad Zayadi Direktur Pendidikan Diniyah dan Pontren Kementerian Agama Republik Indonesia mengatakan, acara ini merupakan konferensi literasi santri pertama di Indonesia yang bertujuan untuk mendorong para generasi muda khususnya santri agar terlibat dalam penyebaran pesan perdamain melalui media literasi, kedepan acara seperti ini akan diadakan dalam setiap tahunnya bekerjasama dengan semua komponen santri yang memiliki latar belakang penulisan dan peduli literasi, dan mudah-mudahan dengan kegiatan semacam  ini santri-santri mau mengekspos tentang pesantren, santri, dengan segala macam kehebatannya.

Ahmad Zayadi juga menitipkan pesan kepada santri-santri yang mengikuti acara ini “Tetaplah menjadi santri, karena santri itu melekat dalam diri kita, tidak hanya pas kita belajar di pesantren, tetapi para santri setelah keluar dari pesantrenpun bi baini kata tri yang baik seharusnya melekat, kita tidak pernah mengatakan mantan santri, karen santri itu senantiasa melekat di sepanjang usianya”.

Abdul Wahab dan Ibarhim Malik /santrionline.net
Ikut hadir dalam acara nii beberapa penulis dan pembicara nasional di bidang literasi, diantaranya penulis novel best seller Ayat-ayat Cinta, Habiburrahman El-Shirazy, Asma Nadia, Abddul Wahab CEO Santrionline dan penulis-penulis muda lainnya.

Saiful Falah Selaku Founder Santrinulis mengatakan, ide membuat portal santrinulis ini berawal dari hobinya menulis dan terinspirasi dari antusias santri-santri terhadap jurnalistik.“Dengan adanya portal ini, tulisan santri tidak hanya dimuat di buletin atau majalah pesatren saja, akan tetapi tulisan mereka bisa go public”.

Melalui Santri Writer Summit 2017 ini diharapkan para santri untuk terlibat dalam penyebaran pesan perdamaian melalui media literasi dengan memberikan valuable insight tentang santri dan tren literasi dalam era global ini. 

Santrinulis mempunyai misi untuk menjadi media masyarakat yang potensi dan terpercaya dalam mengembangkan serta mempublikasikan karya tulis mereka. Dengan terus berupaya mendorong pemuda/pemudi muslim untuk berani tampil di tengah-tengah masyarakat penulis-penulis muda baru.Memberikan pengetahuan informasi, dan kontribusi positif melalui karya tulis, berita, cerita, riset, dalam semua media tulisan baik di sosisal media, majalah, jurnal, buku, dan lain-lain, dengan menjunjung tinggi pengetahuan, akhlak, dan perdamaian.(KH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...