Kalbar.Santrionline-Safari Ramadan adalah program tahunan Lembaga Ittihadul Muballighin Pondok Pesantren Lirboyo, untuk memperjuangkan agama Islam (i’lai kalimatillah) di tengah masyarakat awam. Para delegasi yang ditugaskan, sebagian besar adalah siswa tingkat Aliyah Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien. Mengapa? Karena mereka telah dirasa memiliki bekal yang cukup dan mampu untuk bermu’asyarah dengan masyarakat.
Sasaran dakwah Safari Ramadan sebagian besar adalah daerah yang dinilai minim mendapat pengetahuan agama. Berbagai faktor yang mendasari itu. Bisa lokasi yang terisolasi dari daerah ramai, sulitnya medan, atau memang tidak mencukupinya sumber daya manusia yang ada sebagai rujukan pengetahuan agama masyarakatnya. Setiap tahun selalu ada daerah baru yang sangat membutuhkan hadirnya seorang pendakwah untuk mengajari mereka nilai-nilai agama.
Tahun ini pun begitu. Berbagai daerah yang kering pengajaran agama dihampiri. Rata-rata ada belasan santri yang ditugaskan di setiap daerah, yang nanti terbagi kembali ke beberapa titik dakwah. Dakwah mereka, selain di masjid dan mushola yang telah ada, seringkali juga merambah ke teras-teras rumah masyarakat.
Sambutan dari masyarakat sangat beragam. Kadangkala dengan ritual sederhana, seperti berkumpul di balai desa dan mengucapkan sepatah dua patah kata sambutan dan serah terima delegasi. Yang menarik adalah apa yang dilakukan oleh masyarakat desa Sosok, Kecamatan Tayan Hulu, Sanggau, Kalimantan Barat, pada Jumat (26/05) lalu. Komponen masyarakat mereka beragam. Mulai dari suku asli Dayak hingga keturunan Tionghoa. Juga beragam keyakinan agama yang mereka peluk. Islam, Kristen, dan keyakinan agama lain.
Tidak banyak sebenarnya delegasi safari ramadan yang bertugas di sana. Hanya delapan belas santri. Namun masyarakat sangat antusias menyambut mereka. Seluruh komponen itu menyemut di jalan dan ikut dalam iring-iringan rombongan santri, tak terkecuali penganut keyakinan agama lain itu. Dengan didampingi aparat keamanan dan pemerintah, juga HIMASAL (Himpunan Alumni Santri Lirboyo) dan pengurus LIM (Lembaga Ittihadul Muballighin) setempat, mereka memperkenalkan diri kepada masyarakat. Dalam forum itu, hadir belasan tokoh adat suku Dayak.
Di lokasi ini, delapan belas santri ini dibagi dalam tujuh tempat ibadah: tiga mushala dan empat masjid. Tujuh tempat ini berada di dua kabupaten, yakni kabupaten Sanggau dan kabupaten Bengkayang.
Semoga seluruh santri khususnya, dan masyarakat yang menjadi objek dakwah mereka mendapat kemudahan dalam penyebaran nilai dan budaya Islam, sehingga cita-cita besar agama Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin benar-benar terwujud. Amin.
Sumber : Lirboyo.net
Komentar
Posting Komentar