Langsung ke konten utama

Pesan Penting LDNU Jateng Dalam Bermeda Sosial

Slawi.Santrionline- Melihat keramaian di Media Sosial yang masih saja menebar fitnah ,kebencian ,hingga persekusi di bulan Ramadhan , Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah akhirnya angkat bicara. kemarin (6/6/17).

KH.Dr.Sam'ani Sya'roni,M.Ag mengaku sangat ironis dan prihatin dengan orang yang masih saja menebar fitnah kebencian hingga persekusi di bulan Puasa . menurutnya Puasa secara bahasa berarti menahan diri dari apapun, secara syar'i bisa diartikan menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri.
"Kalau di bulan romadlon ketika kita puasa dilarang melakukan hal yang asalnya boleh (halal)yakni makan, minum, dan hubungan suami istri, bagaimana dengan hal yang asalnya memang tidak boleh (haram) seperti ujaran kebencian, hibah, fitnah, hoak dll tentu itu lebih dilarang" tegasnya saat dihubungi via WhatsAap.
    Jadi sangat ironis kalau di bulan romadlon bisa menahan makan minum tetapi tidak bisa menahan kebencian fitnah hoak dll.

"Yang asalnya halal bisa menahan diri  kok yg asalnya sudah haram tidak bisa menahan diri" tuturnya
puasanya lanjutnya tidak batal akan tetapi tidak mendapatkan pahala melainkan dahaga dan lapar saja.

KH.Dr.Sam'ani Sya'roni,M.Ag selaku Ketua LDNU Jateng menghimbau kepada masyarakat Indonesia khususnya umat muslim terlebih warga Nahdliyin untuk menahan ujaran fitnah dan kebencian di media sosial ataupun kehidupan sehari-hari .(amiril/lt/aw)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...