Langsung ke konten utama

Berita Sebenarnya Seputar Haul Mbah Zubair

Berita Sebenarnya Seputar Haul Mbah Zubair

Jum'at Kliwon, 14 Romadlon 1438 H / 09 Juni 2017 M tepat hari dilaksanakannya peringatan haul KH. Zubair Dahlan (ayahanda KH Maimoen Zubair) di Sarang Rembang, rentetan acara haul yang dilaksanakan di Maqbaroh simpek dibuka dengan iftitah kemudian dilanjutkan dengan bacaan surat Yasin oleh KH Ahmad Ainul Yaqin tuban, kemudian disusul dengan bacaan tahlil yang dipimpin oleh Habib Abu Bakar Assegaf, dan ditutup dengan doa oleh KH Maimoen Zubair.

Selesai tahlil di Maqbaroh, para peziarah dengan jumlah ribuan orang serentak ikut berbuka bersama di ndalem KH Maimoen Zubair.

Yang diharapkan datang dalam acara haul yang dilaksanakan pada tiap pertengahan bulan Romadlon ini adalah santri dan alumni Pondok Pesantren Sarang, khususnya Pondok Pesantren Al-Anwar. Dan mbah Maimoen tidak mengundang yang lainnya dari elemen dan ormas-ormas manapun.

Kedatangan FPI, Banser, maupun ormas lain pada acara haul mbah Zubair kali ini, Mbah Maimoen tidak tahu menahu tentang kehadiran mereka dengan mengatasnamakan organisasi.

Dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mbah Maimoen meminta FPI untuk tidak menggunakan atribut mereka dan tetap ikut ziarah di maqbaroh dengan menggunakan pakaian layaknya tamu-tamu yang lain.

Kurang tepat bahwa keluarga Mbah Maimoen Zubair ada keterkaitan dengan FPI. Adapun berita yang beredar di medsos tentang dukungan adalah hak mereka.

Manhaj mbah Maimoen adalah yang terpenting menjunjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan empat pilar.

Hal ini adalah sesuatu yang patut dan harus dipertahankan serta diperjuangkan untuk menjadi pelajaran bagi kita umat islam.

Menjunjung tanah air adalah hal yang pasti sangat bermanfaat untuk agama Islam dan menuju kepada Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur. Seperti apa yang dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad shollallohu alaihi wasallam, bahwa kesemuanya​ untuk kesemuanya, Rohmatan Lil 'Alamin.

Sumber:
Muhammad Wahyudi (kanthongumur),
Khodim KH Maimoen Zubair dengan perintah Syaikhina Maimoen Zubair.

Sumber:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=912500088903391&id=100004302244939

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...