Langsung ke konten utama

Keren, Hari Ini Tim Dai Ramadhan NU Bertolak ke Hong Kong dan Macau

Jakarta, Santrionline
Lembaga Dakwah Nadlatul Ulama (LDNU)  melalui Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) mengirimkan lima orang ustad yang tergabung dalam Dai Ramadhan yang akan berdakwah di Hong Kong dan Macau selama Ramadhan.

Pemberangkatan kelima ustad Dai Ramadhan dilakukan Senin (29/5) siang melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta. Kegiatan tersebut bekerja sama dengan NU Care LAZISNU.

Selama di Hong Kong dan Macau, para dai akan melakukan kajian keislaman; pembinaan muallaf dan pengenalan Islam; pengenalan dan dakwah tentang zakat infak sedekah dan wakaf serta mengajak jama’ah untuk melaksanakannya baik di bulan Ramadhan maupun hari-hari biasa.

Para dai juga akan membuat jurnal harian dan mendokumentasikannya, mengirimkan berita kegiatan-kegiatan mereka ke media NU; serta meramaikan kegiatan dengan media sosial dengan member tanda #tidim #lazisnu #ldnu dalam setiap postingan.

Pembina TIDIM LDNU KH Wahfiudin Sakam mengemukakan misi tersebut merupakan upaya dakwah Islam ala Ahlussunah wal Jamaah An-Nadliyah ke seluruh dunia.

“Problem saat ini di mana-mana ada ketimpangan sosial dan ekonomi sehingga muncul ektrimisme, radikalisme, dan terorisme. Pengenalan tradisi keberagamaan yang  wasatiyah, tawasuth, tawazun dan berkeadilan harus dikembangkan,” kata Kiai Wahfiudin.

Ia meminta kepada para Dai Ramadhan untuk mengajarkan Islam dengan penuh cinta dan kasih sayang.
“Tebarkan dan perkenalkan Islam yang ramah, bahwa kita adalah muslim pengikut Nabi Muhammad SAW yang rahmatan lil alamin,” ujarnya.

Ia juga berharap misi tersebut dapat menambahkan jaringan di mana warga Indonesia terus berdiaspora ke berbagai negara.

Bagi para ustad anggota Dai Ramadhan, ia mengatakan agar perjalanan tersebut dapat membuka wawasan dan memahami komunitas muslim di berbagai tempat., sehingga hal itu juga menjadi komitmen, motivasi dan keberanian untuk lebih tegas dalam menyebarkan ajaran Aswaja An-Nahdliyah melalui dakwah.

Sementara itu, Direktur NU Care LAZISNU Syamsul Huda, mengungkapkan kegiatan tersebut merupakan kerjasama pertama NU Care dengan LDNU. Ia  berharap kegiatan serupa dapat berkembang lebih besar sehingga lebih banyak lagi dai yang bisa dikirimkan ke luar negeri.

Ia mengatakan NU Care dan PCINU Hong Kong tengah menggerakan “One Day One Dolar”. “Uang yang terkumpul lewat gerakan ini untuk keperluan di Hong Kong seperti kebutuhan logistic, membangun shelter dan Islamic Center di HongKong,” kata Syamsul.

Ditambahkan Syamsul, selain mengirimkan tenaga dakwah, NU Care juga memfasilitasi warga Indonesia di Hong Kong dan Macau untuk mengenalkan  entrepreneurship.

“Sebagai bekal untuk mereka dalam mencari nafkah di luar negeri untuk kehidupan yang layak dan mulia,” kata Syamsul.

Menurutnya langkah tersebut juga merupakan perjuangan memperbesar NU untuk bekiprah di dunia internasional.

Sumber : Nuonline

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...