Langsung ke konten utama

MAKESTA IPNU-IPPNU Yayasan Sabilul Huda


Sumenep, Santrionline
Mengemban amanah dan tanggung jawab menjadi benteng putra-putri Nahdlatul Ulama merupakan tugas yang tidak mudah bagi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, sebagai Badan Otonom NU paling dasar IPNU-IPPNU dituntut untuk memiliki komitmen yang tinggi serta pengembangan kaderisasi melalui managemen organisasi yang baik. Sebagaimana yang dilakukan oleh Pimpinan Anak Cabang IPNU-IPPNU Kecamatan Ganding mengadakan Kegiatan Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) di Pimpinan Komisariat IPNU-IPPNU Sabilul Huda, Gadu barat Ganding.


Selain menjadi Tahapan kaderisasi Formal, Kegiatan tersebut menurut Ketua PAC IPNU Ganding juga sebagai Penegasan kepada para putra-putri NU bahwasanya mengurus IPNU-IPPNU itu merupakan Kewajiban kita sebagai generasi Nahdlatul Ulama.

"Mengabdi dan Mengurus IPNU-IPPNU bukan sebuah pilihan melainkan sebuah keharusan bagi kita semua sebagai anaknya orang NU, oleh sebab itu bagi generasi muda mengurus NU melalui IPNU-IPPNU itu adalah wajib dalam menjaga generasi Nahdlatul Ulama yang lebih baik" terang rekan bernama lengkap zaynollah ini.


"Oleh sebab itu, lanjutnya. MAKESTA adalah Tiket Awal bagi kalian untuk memulainya. Tegaskan jati diri kita mulailah sadar akan tanggung jawab kita. Mari berkomitmen bersama, selama darah Nahdlatul Ulama masih mengalir ditubuh ini maka selama itu pula tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan langkah kami untuk terus mengabdi". Tutupnya.
Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari ini mendapat apresiasi dari ketua PC IPPNU Simenep sebagaimana di kutip dari sambutannya.

"Jika mau melihat Sistem Kaderisasi dan Pengembangan Organisasi secara utuh di kabupaten Sumenep maka bisa kita lihat di PAC Ganding ini, konsisten dan inovatif terhadap berbagai programnya. Salah satunya adalah MAKESTA PK Sabda ini, meski PAC ganding baru 1 priode ini, namun Sistem dan pengelolaannya sangat baik. Ungkap Sosok wanita asal Pragaan ini.


Wanita yang akrab disapa rekanita Fadhilah ini menambahkan, kader IPNU-IPPNU harus senantiasa berpegang teguh pada apa yang sampai hari ini di bawa oleh Nahdlatul Ulama, menjaga, merawat, membela dan patuh adalah kewajiban kita sebagai generasi muda demi tercapainya cita-cita para ulama dan kyai kita. Tambahnya.

"Selain kegiatan kaderisasi formal, IPNU-IPPNU di Kabupaten Sumenep harus menggalakan program yang bersifat kultural dan spiritual di semua tingkatan terlebih di daerah Ganding yang kabarnya hari ini melaksanakan 3 kegiatan rutinan dalam waktu bersamaan di 3 Pimpinan Komisariat berbeda. Ini bukan hal mudah tapi berbekal semangat, kompak dan istiqomah kita yakin semua bisa kita lakukan. Tutupnya.




Kegiatan yang berlangsung sejak hari kamis-sabtu tanggal 27-29 april 3017 ini di ikuti oleh 57 Siswa/i Sabilul Huda serta 7 orang dari kalangan mahasiswa/i. Penutupan kegiatan ini berlangsung Khidmat yang diwarnai dengan beberapa peserta pingsan usai di baiat oleh Tim Kaderisasi PC IPNU-IPPNU Sumenep. (Zen/Vinanda F/KH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah sejak 1852 M

Jawa Timur.Santrionline - Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah merupakan Pesantren yang didirikan Mbah Busyro Al Khafi yang waktu mudanya belajar selama 17 tahun di Mekah. Pendiri Pesantren ini merupakan ayahnya Mbah Soleh yang mempunyai istri yang bernasab dengan Mbah Maimoen di Pesantren Al Anwar Sarang Rembang. Pesantren ini sudah mempunyai sekolah Formal, tapi tetap menjaga tradisi baca kitab turost dengan membangun Pesantren Kidul di sebelah selatan pesantren. Kiai Abdul Azis yang ditemui suarapesantren.net pada 29 Maret 2016 mengungkapkan bahwa dirinya meneruskan memimpin Pondok Kidul yang merupakan cabang dari Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah di Beji Jenu Tuban Jawa Timur. Pesantren yang terletak di jalur Pantura Tuban ini disebelah Barat yang juga disebut sebagai Pondok Kidul atau sebelah Selatan, sedang pusatnya di sebelah Utara. Dalam bangunan klasik yang terbuat dari kayu berpilar empat itu, tertulis tahun 1852 Masehi di mana tempat itu merupakan tempat penga

Perkawinan Dimata Gus Mus

Perkawinan itu pertemuan dua hal yang berbeda sekali. Ia tidak seperti perbedaan dua hal antar suku, atau antar Negara. Kedua yang terakhir ini lebih banyak jalan menjembataninya untuk bisa damai. Tetapi perbedaan dalam perkawinan adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Relasi suami isteri dalam rumah tangga tidak selalu indah, tidak selamanya membahagiakan, tidak selama damai. Selalu saja ada masa sulit, pertengkaran, percekcokan dan seterusnya. Menyelesaikannya tidak mudah, perlu hati-hati sekali. Paling-paling hanya tiga bulan saja masa-masa indah itu. Selebihnya bergelombang-gelombang. Orang bilang bahwa perempuan itu lemah, dan laki-laki itu kuat. Ini tak sepenuhnya benar, Kita coba saja laki-laki untuk membawa beras enam kilogram secara terus menerus, berjam-jam, berhari-hari dan berbulan-bulan. Satu atau dua jam mungkin bisa, tetapi terus menerus tanpa henti?. Apakah sanggup?. Saya kira tak ada. Laki-laki, suami, biasanya mengaku cepat lelah. Ia lebih suka duduk sambil

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Ketika Didzalimi Dibalas Dengan Menyayangi

Keterangan foto: Yang sedang naik becak adalah al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang dan al-Habib Ali bin Husein Alattas Bungur Santrionline- Suemdang, Dahulu di masa al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang masih hidup, ada seseorang yang sangat membencinya dan orang itu tinggal di Kwitang. Kelakuan orang itu terhadap al-Habib Ali al-Habsyi sunggah tidak terpuji. Bila lewat di hadapannya dengan sengaja meludah di depan al-Habib Ali al-Habsyi, sampai-sampai membuat marah para murid al-Habib Ali al-Ha bsyi. Hingga suatu saat, al-Habib Ali al-Habsyi memberikan jatah sembako berupa beras kepada orang itu. Dengan memanggil muridnya, al-Habib Ali al-Habsyi memerintahkan agar beras itu diberikan kepada orang itu. Hal ini membuat bertanya-tanya sang murid. Namun belum sempat ditanyakan, al-Habib Ali al-Habsyi berkata: “Berikan ini, tapi jangan bilang dari saya. Bilang saja dari kamu.” Lebih dari 2 tahun orang itu menikmati jatah sembako yang diberikan al-Habib Ali al-Habsyi kepadanya melalui p