Langsung ke konten utama

Ulama Sudan Ini Membisu Sejak Tahun 1990, Kenapa?

Ulama Sudan Ini Membisu Sejak Tahun 1990, Kenapa?

Khartoum - Lebih dari 25 tahun lalu, Sheikh Bashir Mohammed Bashir di Sudan memutuskan untuk tidak lagi berbicara sehingga ia dijuluki sheikh bisu sejak saat itu.

Bashir berkomunikasi dengan orang lain dengan menuliskan apa yang diinginkannya pada sehelai kertas.

Ia tetap ikut serta dalam konferensi dan tampil dalam sejumlah wawancara televisi, tapi dengan menggunakan pena serta kertas untuk berkomunikasi.

Seperti dikutip dari Al Arabiya, Jumat (17/2/2017), ia adalah seorang lulusan lembaga pendidikan terkemuka, Sorbonne University di Prancis.

Pria kelahiran 1956 itu adalah seorang cendekiawan dengan banyak pengikut. Mereka percaya pada pemikiran serta kecerdasannya.

Setelah kembali dari Prancis dengan gelar Master dalam bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan, ia fokus meneliti dan membaca Alquran.

Pada 1990, ia memutuskan untuk berhenti berbicara dan menyatakan akan bicara lagi jika Tuhan berkehendak.

Bashir menjelaskan filsafat sunyi itu melalui tulisannya, "permulaan kebisuan adalah di akhir bicara". Namun sikapnya masih menjadi misteri karena ia percaya bahwa inilah "rahasia pribadinya sendiri" berkaitan dengan hubungannya dengan Sang Pencipta.

Dalam suatu wawancara televisi, Bashir menulis, sejak ia berhenti berbicara, ia tidak menyesal karena penyesalan merupakan hasil dari berbicara.

Ia menambahkan, "Pena saya hanya menuliskan apa yang membahagiakan hati teman-teman saya. Saya menemukan kedamaian pikiran dalam kesunyian



(Liputan6/Aw)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...