Langsung ke konten utama

Suka Sebar Hoax Tanda Ketidakmampuan Mengawal Firman Allah



Bandar Lampung, Santrionline

Siapapun umat Islam yang suka memproduksi dan menyebar berita bohong atau hoax menunjukkan dirinya gagal mengawal Firman Allah. Pernyataan itu ditegaskan aktivis Gusdurian Lampung, Gatot Arifianto di Bandar Lampung, Rabu (4/1).

"Kenapa demikian? Karena Al-Qur’an sebagai pegangan dengan tegas telah menjelaskan bagaimana umat Islam untuk menghindari fitnah hingga selektif menerima informasi," paparnya.

Beberapa penegasan berkaitan dengan hal tersebut, ujar dia menambahkan, ditegaskan dalam QS. Al-Anfal: 25. Waattaquu fitnatan laa tushiibannal-ladziina zhalamuu minkum khaash-shatan waa'lamuu annallaha syadiidul 'iqaab.

Artinya: Dan takutlah kalian terhadap fitnah (siksaan) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah, bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.

Gatot menambahkan, penegasan lain ada pada QS. Al-Hujurat: 6. Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqun binaba-in fatabai-yanuu an tushiibuu qauman bijahaalatin fatushbihuu 'ala maa fa'altum naadimiin.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik, membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah, kepada suatu kaum, tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

"Ada kata periksalah dengan teliti. Maksudnya tentu dengan cermat, seksama, tidak tergesa-gesa. Kalau begitu menerima informasi, baca sekilas langsung dibroadcast atau disebar mungkinkah bisa teliti? Menyebarkan yang haq lebih baik ketimbang menyebar hoax," kata dia lagi.

Selain itu, kata dia lagi, ditegaskan pula dalam QS. An Nuur: 15. Idz talaqqaunahu bialsinatikum wataquuluuna biafwaahikum maa laisa lakum bihi 'ilmun watahsabuunahu hai-yinan wahuwa 'indallahi 'azhiimun.

Artinya: Ingatlah ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.

Dalam Hadist Riwayat Muslim, kata Gatot menambahkan, Rasulullah SAW juga telah bersabda: "Seseorang hamba yang membicarakan sesuatu yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya), akan dilempar ke neraka jahanam sejauh antara timur dan barat."

"Saya tidak bermaksud menggurui, namun mengingatkan. Jika firman diabaikan, sabda Nabi, Mushaddiq yang menyatakan kebenaran diingkari, patutkah berteriak lantang paling Islam? Maka jika benar mencintai Al Quran, firman meski dikawal lebih dari fatwa," pungkasnya. (Syuhud Tsaqafi/Fathoni)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...