Langsung ke konten utama

Cegah Provokasi, Banser Banjar Buleleng Lakukan Konsolidasi


Buleleng, Santrionline
Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Bali terus melakukan konsolidasi di tubuh Satkoryon. Pertemuan intensif ini dilakukan untuk menjaga kekompakan di tengah provokasi di berbagai media sosial akhir-akhir ini.

Hal ini disampaikan oleh Kasatkoryon Banser Banjar Tohari saat menggelar pertemuan dengan anggota, Senin (9/1).

Tohari mengingatkan seluruh anggota Banser untuk tetap waspada terhadap upaya sebagian oknum yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Para penebar fitnah melalui media sosial tidak henti-hentinya menyerang cara pandang keislaman ala NU. Bahkan tak segan-segan mereka menjelek-jelekkan kiai sepuh NU.

“Suasana seperti ini sungguh tak mengenakkan, tapi kita jangan sampai terpancing untuk mengeluarkan kata-kata kasar sebagaimana mereka. Tunjukan kader NU mempunyai akhlak yang baik, lemah lembut sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW,” jelasnya.

Konsolidasi yang dimaksud itu ada dua, yakni konsolidasi internal dan konsolidasi eksternal. Penguatan internal dilakukan dengan cara peningkatan kapasitas, fisik anggota, sekaligus penguatan ideologi Aswaja untuk indoktrinasi kepada anggota Banser.

“Dengan indoktrinasi tersebut, maka anggota akan menjadi teguh dalam pengabdiannya kepada NU dan tak akan mudah terpengaruh terhadap propaganda ideologi lain yang cenderung radikal,” tegasnya.

Sementara untuk konsolidasi eksternal, Banser Kecamatan Banjar ini akan terus melakukan komunikasi dan koordinasi kepada elemen lain yang memiliki semangat yang sama untuk menjaga keamanan dan keharmonisan.

“Hal ini sudah dilakukan langkah-langkah koordinasi dengan Koramil dan Polsek Banjar, serta kepada Pecalang untuk menjaga keamanan bersama mengingat kami berada di kawasan pariwisata Lovina, ikon pariwisata di Bali Utara,” tegas Tohari di hadapan 50-an anggota Banser. (Abraham Iboy/Alhafiz K)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah sejak 1852 M

Jawa Timur.Santrionline - Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah merupakan Pesantren yang didirikan Mbah Busyro Al Khafi yang waktu mudanya belajar selama 17 tahun di Mekah. Pendiri Pesantren ini merupakan ayahnya Mbah Soleh yang mempunyai istri yang bernasab dengan Mbah Maimoen di Pesantren Al Anwar Sarang Rembang. Pesantren ini sudah mempunyai sekolah Formal, tapi tetap menjaga tradisi baca kitab turost dengan membangun Pesantren Kidul di sebelah selatan pesantren. Kiai Abdul Azis yang ditemui suarapesantren.net pada 29 Maret 2016 mengungkapkan bahwa dirinya meneruskan memimpin Pondok Kidul yang merupakan cabang dari Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah di Beji Jenu Tuban Jawa Timur. Pesantren yang terletak di jalur Pantura Tuban ini disebelah Barat yang juga disebut sebagai Pondok Kidul atau sebelah Selatan, sedang pusatnya di sebelah Utara. Dalam bangunan klasik yang terbuat dari kayu berpilar empat itu, tertulis tahun 1852 Masehi di mana tempat itu merupakan tempat penga

Perkawinan Dimata Gus Mus

Perkawinan itu pertemuan dua hal yang berbeda sekali. Ia tidak seperti perbedaan dua hal antar suku, atau antar Negara. Kedua yang terakhir ini lebih banyak jalan menjembataninya untuk bisa damai. Tetapi perbedaan dalam perkawinan adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Relasi suami isteri dalam rumah tangga tidak selalu indah, tidak selamanya membahagiakan, tidak selama damai. Selalu saja ada masa sulit, pertengkaran, percekcokan dan seterusnya. Menyelesaikannya tidak mudah, perlu hati-hati sekali. Paling-paling hanya tiga bulan saja masa-masa indah itu. Selebihnya bergelombang-gelombang. Orang bilang bahwa perempuan itu lemah, dan laki-laki itu kuat. Ini tak sepenuhnya benar, Kita coba saja laki-laki untuk membawa beras enam kilogram secara terus menerus, berjam-jam, berhari-hari dan berbulan-bulan. Satu atau dua jam mungkin bisa, tetapi terus menerus tanpa henti?. Apakah sanggup?. Saya kira tak ada. Laki-laki, suami, biasanya mengaku cepat lelah. Ia lebih suka duduk sambil

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Ketika Didzalimi Dibalas Dengan Menyayangi

Keterangan foto: Yang sedang naik becak adalah al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang dan al-Habib Ali bin Husein Alattas Bungur Santrionline- Suemdang, Dahulu di masa al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang masih hidup, ada seseorang yang sangat membencinya dan orang itu tinggal di Kwitang. Kelakuan orang itu terhadap al-Habib Ali al-Habsyi sunggah tidak terpuji. Bila lewat di hadapannya dengan sengaja meludah di depan al-Habib Ali al-Habsyi, sampai-sampai membuat marah para murid al-Habib Ali al-Ha bsyi. Hingga suatu saat, al-Habib Ali al-Habsyi memberikan jatah sembako berupa beras kepada orang itu. Dengan memanggil muridnya, al-Habib Ali al-Habsyi memerintahkan agar beras itu diberikan kepada orang itu. Hal ini membuat bertanya-tanya sang murid. Namun belum sempat ditanyakan, al-Habib Ali al-Habsyi berkata: “Berikan ini, tapi jangan bilang dari saya. Bilang saja dari kamu.” Lebih dari 2 tahun orang itu menikmati jatah sembako yang diberikan al-Habib Ali al-Habsyi kepadanya melalui p