Langsung ke konten utama

ASATIDZ PESANTREN JATIM IKUTI TAHAP PERTAMA PELATIHAN PEMBELAJARAN HAM


Asatidz Pesantren Jatim Ikuti Tahap Pertama Pelatihan Pembelajaran HAM
Santrionline Surabaya - Maraknya intoleransi dan radikalisme di Indonesia, ternyata terus diperhatikan sekaligus diprihatinkan oleh kalangan pesantren. Tidak hanya sekedar prihatin, Pengurus Wilayah Rabithah Ma'ahidul Islamiyah (PW RMI NU) Jawa Timur menggelar acara Pelatihan Implementasi Modul Pembelajaran Hak Asasi Manusia (HAM) untuk Guru di Madrasah 'Aliyah, bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya. Pelatihan pembelajaran HAM tahap pertama ini dilaksanakan mulai tanggal 15 - 17 Nopember, di aula Ponpes As Salafy Al Fithrah-Kedinding Surabaya, dengan peserta sebanyak 22 guru Madrasah 'Aliyah pondok pesantren dari wilayah Pantura, Madura, dan Tapal Kuda Jawa Timur.
Sekretaris PW RMI NU Jatim, Ahmad Firdausi menuturkan, perlunya insan pesantren untuk lebih komprehensif mengenal dan mengkampanyekan Islam rahmatan lil' alamin dan penghormatan HAM kepada warga bangsa dan dunia. "Menurut saya, Rasulullah Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam adalah tokoh HAM penting kaliber dunia. Dengan kelembutan akhlak beliau, sehingga Islam menjadi mendunia. Nilai-nilai HAM juga merupakan bagian dari Islamic values, dengan ajaran toleran dan ramahnya kepada semua kalangan", tegas Ahmad Firdausi kepada Santrionline, Kamis 17/11/2016.
Disampaikan oleh Ahmad Firdausi, sosialisasi kepada Madrasah 'Aliyah di pesantren Jawa Timur, hanya membutuhkan waktu seminggu saja. Hingga pelatihan tahap pertama ini bisa terselesaikan dengan baik. "Tahap kedua insya Allah kami laksanakan bulan Desember besok di salah satu pesantren di kabupaten Madiun. Akan dihadiri oleh perwakilan Madrasah 'Aliyah pesantren di wilayah barat Jawa Timur", ungkap Firdausi yang akrab dengan sebutan Gus Yusi ini.
Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama'ah An Nahdliyah, terang Firdausi, sebenarnya seiring dengan pesan damai nilai-nilai HAM. "Kami tengah merancang modul pembelajaran HAM ini, supaya bisa terintegrasi dengan kurikulum madrasah di pesantren. Tentunya disesuaikan dengan kondisi dan kultur masing-masing pesantren, hingga manfaatnya bisa dirasakan sangat membumi untuk santri. Apalagi dalam kitab-kitab akhlak yang biasa kami pelajari, sudah mengandung banyak sekali ajaran tentang penghormatan hak sesama manusia", tukas Firdausi lagi.
Sementara, sebagai tuan rumah penyelenggaraan pelatihan tentang pengajaran HAM ini, salah satu pengurus Ponpes As Salafy Al Fithrah, Kedinding Surabaya, Ustadz Nashiruddin menyatakan, pihaknya akan selalu terbuka dan menyambut baik apapun kegiatan positif demi kemaslahatan umat. "Kami dididik Almaghfurlah Hadratus Syaikh Romo KH.Ahmad Asrori Al Ishaqi selaku mu'asis pesantren, bahwa santri harus selalu merangkul banyak orang dalam akhlak yang mulia dengan kasih sayang dan pelayanan. Jadi alhamdulillah, acara pelatihan seperti ini semakin memberikan pencerahan berfikir bagi kami. Mudah-mudahan kami bisa menjadi tuan rumah yang baik bagi rekan-rekan peserta pelatihan dari pesantren lain", kata Ustadz Nashiruddin.
Perlu diketahui, pada pelatihan pengajaran HAM untuk pesantren ini mendatangkan pemateri dari kalangan akademisi, pengasuh pesantren, praktisi media, dan pegiat kampanye HAM, membahas materi tentang berbagai varian HAM dalam perspektif Islam.
(Reporter : Ahmad Zamroni Fauzan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...