Langsung ke konten utama

Isu SARA Oleh Elit Politik Cederai Semangat Sumpah Pemuda

Peserta diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) menyayangkan situasi ketegangan sosial di tengah masyarakat Jakarta menjelang pilkada. Mereka mengindikasi situasi yang mengancam keharmonisan masyarakat Jakarta karena sejumlah elit menggunakan isu SARA untuk kepentingan politiknya.

“Kita bisa tercabik-cabik hanya oleh segelintir elit,” kata Direktur Eksekutif LKSB Abdul Ghopur di Lantai Lima Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (28/10) siang.

Menurut Ghopur, penggunaan isu SARA merusak semangat keindonesiaan dan semangat reformasi.

“Kami LKSB dengan tegas menolak politisasi atas dalih dan nama apa pun termasuk isu yang berbau SARA oleh para elit politik. Kami juga menolak cara-cara politik kolonial yang mengedepankan feodalisme dan fanatisme sempit,” kata Ghopur.

Senada dengan Ghopur, Ketua Umum GMNI Crisman mengatakan, ada sekelompok orang yang mencoba mengaburkan semua nilai dasar Pancasila. Menurutnya, nilai-nilai itu dirusak oleh praktik-praktik hari ini yang dilandasi kepentingan politik praktis dengan kepentingan jangka pendek dan sektoral.

Di hadapan sejumlah utusan organisasi gerakan pemudan dan pelajar Indonesia dari pelbagai latar belakang dan unsur, Crisman mengajak semua elemen bangsa untuk mengingat kembali semangat Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada 1928.

“Mari kita kembali suarakan nilai-nilai luhur bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat,” kata Crisman. (Alhafiz K)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah sejak 1852 M

Jawa Timur.Santrionline - Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah merupakan Pesantren yang didirikan Mbah Busyro Al Khafi yang waktu mudanya belajar selama 17 tahun di Mekah. Pendiri Pesantren ini merupakan ayahnya Mbah Soleh yang mempunyai istri yang bernasab dengan Mbah Maimoen di Pesantren Al Anwar Sarang Rembang. Pesantren ini sudah mempunyai sekolah Formal, tapi tetap menjaga tradisi baca kitab turost dengan membangun Pesantren Kidul di sebelah selatan pesantren. Kiai Abdul Azis yang ditemui suarapesantren.net pada 29 Maret 2016 mengungkapkan bahwa dirinya meneruskan memimpin Pondok Kidul yang merupakan cabang dari Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah di Beji Jenu Tuban Jawa Timur. Pesantren yang terletak di jalur Pantura Tuban ini disebelah Barat yang juga disebut sebagai Pondok Kidul atau sebelah Selatan, sedang pusatnya di sebelah Utara. Dalam bangunan klasik yang terbuat dari kayu berpilar empat itu, tertulis tahun 1852 Masehi di mana tempat itu merupakan tempat penga

Perkawinan Dimata Gus Mus

Perkawinan itu pertemuan dua hal yang berbeda sekali. Ia tidak seperti perbedaan dua hal antar suku, atau antar Negara. Kedua yang terakhir ini lebih banyak jalan menjembataninya untuk bisa damai. Tetapi perbedaan dalam perkawinan adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Relasi suami isteri dalam rumah tangga tidak selalu indah, tidak selamanya membahagiakan, tidak selama damai. Selalu saja ada masa sulit, pertengkaran, percekcokan dan seterusnya. Menyelesaikannya tidak mudah, perlu hati-hati sekali. Paling-paling hanya tiga bulan saja masa-masa indah itu. Selebihnya bergelombang-gelombang. Orang bilang bahwa perempuan itu lemah, dan laki-laki itu kuat. Ini tak sepenuhnya benar, Kita coba saja laki-laki untuk membawa beras enam kilogram secara terus menerus, berjam-jam, berhari-hari dan berbulan-bulan. Satu atau dua jam mungkin bisa, tetapi terus menerus tanpa henti?. Apakah sanggup?. Saya kira tak ada. Laki-laki, suami, biasanya mengaku cepat lelah. Ia lebih suka duduk sambil

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Ketika Didzalimi Dibalas Dengan Menyayangi

Keterangan foto: Yang sedang naik becak adalah al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang dan al-Habib Ali bin Husein Alattas Bungur Santrionline- Suemdang, Dahulu di masa al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang masih hidup, ada seseorang yang sangat membencinya dan orang itu tinggal di Kwitang. Kelakuan orang itu terhadap al-Habib Ali al-Habsyi sunggah tidak terpuji. Bila lewat di hadapannya dengan sengaja meludah di depan al-Habib Ali al-Habsyi, sampai-sampai membuat marah para murid al-Habib Ali al-Ha bsyi. Hingga suatu saat, al-Habib Ali al-Habsyi memberikan jatah sembako berupa beras kepada orang itu. Dengan memanggil muridnya, al-Habib Ali al-Habsyi memerintahkan agar beras itu diberikan kepada orang itu. Hal ini membuat bertanya-tanya sang murid. Namun belum sempat ditanyakan, al-Habib Ali al-Habsyi berkata: “Berikan ini, tapi jangan bilang dari saya. Bilang saja dari kamu.” Lebih dari 2 tahun orang itu menikmati jatah sembako yang diberikan al-Habib Ali al-Habsyi kepadanya melalui p