Langsung ke konten utama

Panglima TNI Ajak Prajurit Tradisikan Ziarah

Panglima TNI Gatot Nurmantyo membangun tradisi baru dalam peringatan hari ulang tahun TNI. Menyongsong HUT ke-71 TNI, Panglima TNI mengajak seluruh Panglima Komando Utama (Pangkotama) untuk berziarah ke makam para mantan presiden dan panglima TNI.

Di Jawa Timur, Gatot mengajak sekitar 40 jenderal tersebut berziarah ke makam Presiden Soekarno di Blitar dan KH Abdurrahman Wahid di Tebuireng Jombang, Selasa (27/9/2016). Semua kepala staf dari ketiga kesatuan juga tampak mendampingi kunjungan tersebut.

Rombongan ziarah yang dipimpin Panglima TNI tiba di Kompleks Pesantren Tebuireng sekitar pukul 11:30 WIB dan langsung disambut oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) beserta Nyai Farida Salahuddin. Seluruh jajaran Majelis Keluarga Pesantren Tebuireng juga turut menyambut kedatangan rombongan Panglima TNI ini.

Kepada wartawan, pria kelahiran Tegal 13 Maret 1960 ini menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan hasil diskusi dengan seluruh kepala staf. Tujuannya, agar seluruh prajurit TNI senantiasa mengenang sejarah perjuangan kemerdekaan dan meneladani sikap para pahlawan.

Sebagaimana diketahui dalam berbagai literatur sejarah, setelah TNI terbentuk pada 5 Oktober 1945, bala tentara NICA berusaha menguasai kembali Indonesia dengan membonceng Pasukan Sekutu. “Saat itulah, beberapa orang menghadap Kiai Hasyim Asy’ari untuk meminta fatwa beliau. Kemudian lahirlah Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, yang mewajibkan seluruh warga dalam radius yang belum boleh menjamak shalat untuk berperang melawan penjajah. Fatwa itu menegaskan, perang untuk mengusir penjajah hukumnya fardlu ‘ain,” tegas alumnus Akabri 1982 ini.

Pada 9 November, sebenarnya tentara dan rakyat sudah siap bertempur. Tapi oleh Kiai Hasyim diminta menunda dulu. “Kiai Hasyim meminta agar semua pasukan menunggu Kiai Abbas dari Cirebon, yang beliau juluki sebagai “Singa dari Jawa Barat”, tandasnya.

Sejarah kemudian mencatat, terjadilah peristiwa perang yang sangat heroik pada 10 November, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. “Karena semangat yang heroik dan pantang menyerah, perjuangan dengan senjata tradisional melawan senjata termodern pada saat itu berhasil kita menangkan. Bahkan pimpinan pasukan penjajah tewas di medan perang saat itu,” ujar Gatot.

Dengan mengenang sejarah, Gatot Nurmantyo berharap prajurit TNI dapat mencontoh kegigihan para pahlawan dalam menghadapi situasi yang semakin sulit. “Bung Karno mengatakan, perjuangan saya tidak berat karena hanya mengusir penjajah. Tapi perjuanganmu nanti akan lebih berat karena melawan bangsamu sendiri,” tandasnya mengutip ungkapan Sang Proklamator.

Dengan tradisi ziarah ini, mantan KSAD ini berharap TNI dan kalangan pesantren dapat bergandengan tangan untuk menghadapi tantangan pembangunan.  “Pantang menyerah, komitmen, penuh dedikasi dan yang paling penting berjuang dengan ikhlas, tanpa kepentingan apa pun,” ujar Panglima TNI.

“Presiden merupakan panglima tertinggi TNI. Makanya hari ini kita ziarah ke makam Gus Dur. Kita juga ziarah ke makam pahlawan nasional Kiai Wahid Hasyim, dan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari. Ini agar TNI tidak melupakan sejarah. Selain itu juga untuk menyerap spirit beliau-beliau, diantaranya semangat perjuangan sebagaimana yang diteladankan kiai-kiai Pesantren,” pungkasnya. (*NH)

Ansor online

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...