Langsung ke konten utama

Kerajaan Saudi Hapus Sejumlah Ritual Barokah Haji dengan Dalih Bid’ah

Beberapa ritual haji yang selama ini dianggap memiliki barokah oleh sebagian besar umat Islam ternyata malah dibatasi oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi dengan dalih agar para jamaah haji terhindar dari perbuatan bid'ah. Namun kesan yang muncul dengan adanya aturan ini seolah Pemerintah setempat ingin menghapus ritual barokah tersebut.

"Ritual barokah di tanah suci banyak yang hilang, entah tujuannya apa, malah banyak bid'ah yang dibesar besarkan," ungkap KH Tb Ahmad Rifqi Chowas di Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat, Selasa (20/9).
Contoh ritual haji yang penuh barokah tersebut menurut kiai yang akrab disapa Kang Entus itu adalah ziarah di Badar, mengambil tasyaffi (berobat) denganardlu syifa atau turob syifa di sumur yang ada di Dzulhulaifah dan sumur Budho'ah yang ada di Madinah atau sumur Ji'ronah yang ada di Mekkah. Bahkan para ulama salaf meyakini bahwa dalam hadits shahih Muslim yang menerangkan tentang doa ruqyah Nabi SAW adalah dengan Ardhussyifa'.

Ditambahkannya, sumber informasi tentang ritual barokah tersebut bisa dilihat dari Kitab Riyadlul Badi'ah karya Syekh Nawawi Al-Bantani dan dalamkitab syarah Sunan Abi Dawud yang berjudul Aunul Ma'bud, dalam kitab itu dikemukakan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah meludah di sumur Budho'ah dan para shahabat yang sakit diperintah untuk mandi di sumur itu dan mereka sembuh seketika.

"Sekarang sumur itu udah ditutup, padahal justru penulis kitab Ainul Ma'bud itu agak Wahabi," jelas Pengasuh Pesantren Darussalam ini.

Mungkin saja, kata dia, mereka membatasi ritual barokah tersebut hanya terbatas pada manasik haji saja, namun demikian beberapa waktu yang lalu pernah ada informasi bahwa ziarah ke Baginda Nabi Muhammad SAW pun terancam ditiadakan bahkan Makam Ibrahim (batu pijak Nabi Ibrahim as) sempat mau dibongkar dengan alasan membatasi manasik padahal sudah jelas kesunnahan shalat 2 rokaat dibelakang Makam Ibrahim itu menurut Al-Qur'an dan Hadits shahih.

Mengenai hal ini, Kang Entus merasa heran, karena ritual barokah dibatasi tetapi 'ritual glamour' yang serba bid'ah dan sepele malah dilakukan bahkan dibesar-besarkan dan dikondisikan, seperti ziarah di Nakasya yaitu pasar swalayan di Jeddah, ziarah di laut merah dan melihat masjid terapung, padahal tidak terapung.

"Contoh bid'ah lain yang banyak dilakukan, seperti ziarah di Mall Bin Dawood shopping center, melihat sepeda dan jam tangan Nabi Adam as, melihat gunung magnet, melihat kambing, sapi dan onta di pasar hewan, melihat jam raksasa yang dibanggakan seolah melebihi ka'bah," pungkasnya. (Aiz Luthfi/Fathoni)

(Nu Online)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...