Langsung ke konten utama

Keliru Mendaulat Imam

Suatu ketika, Gus Imam Masyhadi, Nganjuk, Jawa Timur sedang berada di salah satu masjid di daerahnya. Datang serombongan lelaki dari luar daerah. Nada-nadanya mereka sengaja menghampiri masjid itu untuk menunaikan ibadah shalat secara jamaah. Namun mereka terlambat, tidak mendapati jamaah bersama imam dan warga sekitar menjalankan jamaah.

Usai rombongan wudlu dan bersuci sebagaimana mestinya, mereka berkumpul di dalam masjid. Semua rombongan enggan menjadi imam. Gus Imam yang hafal Al-Qur'an dan dosen disalah satu perguruan tinggi, kebetulan sedang berpakaian ala preman. Disamping mereka tak ada yang mengenal, secara lahiriyah, pakaian GusImam tidak mencerminkan kekiaian.

Di tengah riuh keributan, datang lelaki dengan berpakaian rapi ala kiai, berbusana muslim dan bersurban. Sebut saja namanya Fulan. Tanpa berpikir panjang, para lelaki itu justru lebih memilih mendaulat Fulan yang sebelumnya belum pernah mereka kenal sama sekali. Pilihan mereka disambut antusias oleh Fulan ini. Bak gayung bersambut, Fulan menjadi imamdengan bacaan lumayan baik, bersuara keras tanpa menimbulkan kecurigaan dibenak makmum.

Takbiratul Ihram dimulai,"Allaaaaaahu Akbar", fatihah berlanjut. Hingga Fulan yang jadi imam ini sampai membaca ayat terakhir fatihah,"waladl dloooooolliiiiin". Makmum menyahut serentak,"aaaaamiiiiiiin".

Mendapati makmum bersama-sama membaca amin, sang imam justru kepalanya kemudian menengok ke belakang dengan memutarkan kepala ke arah kanan. Tangan kanan Fulan lalu diangkat tinggi sembari memberi isyarat ibu jarinya yang paling besar.

Matanya melihat barisan makmum, ia berteriak"kooooommmpaaaaaak". Semua jamaah tertawa terpingkal-pingkal tanpa aba-aba. Semua shalat makmum seketika batal. Mereka baru sadar, Fulan yang mereka daulat jadi imam tadi adalah orang yang agak kurang waras.

(NU Online)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah sejak 1852 M

Jawa Timur.Santrionline - Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah merupakan Pesantren yang didirikan Mbah Busyro Al Khafi yang waktu mudanya belajar selama 17 tahun di Mekah. Pendiri Pesantren ini merupakan ayahnya Mbah Soleh yang mempunyai istri yang bernasab dengan Mbah Maimoen di Pesantren Al Anwar Sarang Rembang. Pesantren ini sudah mempunyai sekolah Formal, tapi tetap menjaga tradisi baca kitab turost dengan membangun Pesantren Kidul di sebelah selatan pesantren. Kiai Abdul Azis yang ditemui suarapesantren.net pada 29 Maret 2016 mengungkapkan bahwa dirinya meneruskan memimpin Pondok Kidul yang merupakan cabang dari Pesantren Mukhtariyyah As Syafiiyah di Beji Jenu Tuban Jawa Timur. Pesantren yang terletak di jalur Pantura Tuban ini disebelah Barat yang juga disebut sebagai Pondok Kidul atau sebelah Selatan, sedang pusatnya di sebelah Utara. Dalam bangunan klasik yang terbuat dari kayu berpilar empat itu, tertulis tahun 1852 Masehi di mana tempat itu merupakan tempat penga

Perkawinan Dimata Gus Mus

Perkawinan itu pertemuan dua hal yang berbeda sekali. Ia tidak seperti perbedaan dua hal antar suku, atau antar Negara. Kedua yang terakhir ini lebih banyak jalan menjembataninya untuk bisa damai. Tetapi perbedaan dalam perkawinan adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Relasi suami isteri dalam rumah tangga tidak selalu indah, tidak selamanya membahagiakan, tidak selama damai. Selalu saja ada masa sulit, pertengkaran, percekcokan dan seterusnya. Menyelesaikannya tidak mudah, perlu hati-hati sekali. Paling-paling hanya tiga bulan saja masa-masa indah itu. Selebihnya bergelombang-gelombang. Orang bilang bahwa perempuan itu lemah, dan laki-laki itu kuat. Ini tak sepenuhnya benar, Kita coba saja laki-laki untuk membawa beras enam kilogram secara terus menerus, berjam-jam, berhari-hari dan berbulan-bulan. Satu atau dua jam mungkin bisa, tetapi terus menerus tanpa henti?. Apakah sanggup?. Saya kira tak ada. Laki-laki, suami, biasanya mengaku cepat lelah. Ia lebih suka duduk sambil

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Ketika Didzalimi Dibalas Dengan Menyayangi

Keterangan foto: Yang sedang naik becak adalah al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang dan al-Habib Ali bin Husein Alattas Bungur Santrionline- Suemdang, Dahulu di masa al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang masih hidup, ada seseorang yang sangat membencinya dan orang itu tinggal di Kwitang. Kelakuan orang itu terhadap al-Habib Ali al-Habsyi sunggah tidak terpuji. Bila lewat di hadapannya dengan sengaja meludah di depan al-Habib Ali al-Habsyi, sampai-sampai membuat marah para murid al-Habib Ali al-Ha bsyi. Hingga suatu saat, al-Habib Ali al-Habsyi memberikan jatah sembako berupa beras kepada orang itu. Dengan memanggil muridnya, al-Habib Ali al-Habsyi memerintahkan agar beras itu diberikan kepada orang itu. Hal ini membuat bertanya-tanya sang murid. Namun belum sempat ditanyakan, al-Habib Ali al-Habsyi berkata: “Berikan ini, tapi jangan bilang dari saya. Bilang saja dari kamu.” Lebih dari 2 tahun orang itu menikmati jatah sembako yang diberikan al-Habib Ali al-Habsyi kepadanya melalui p