Santrionline- Suemdang,
Beberapa tahun setelah berdirinya NU, Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari mengutus KH. Abd. Wahhab Hasbullah dan KH. Masjkur untuk sowan kepada Mbah Siddiq. Keduanya sampai di Jember sudah sore hari. Dalam pertemuan itu Kyai Wahhab menceritakan tentang proses berdirinya jam’iyyah NU, mulai dari Komite Hijaz hingga adanya restu dari Syaikhona Cholil Bangkalan. Sampai akhirnya Kyai Wahhab menyampaikan pesan khusus ,”Kyai Hasyim mengharap dukungan panjenengan, untuk perjuangan Ahlussunnah Waljama’ah.”
Mbah siddiq tidak segera memberikan jawaban permintaan itu. ” Insya Allah jawabannya besok pagi, sekarang panjenengan istirahat dulu”, kata Mbah Siddiq sambil mempersilahkan keduanya beristirahat. Malamnya mbah siddiq beristikharah untuk mencari jawaban permintaan tersebut. Keesokan harinya jawaban itu sudah diterima. Biarlah saya di surau saja. Anak saya ini (sambil menunjuk pada Mahfudz Siddiq) yang akan mewakili saya di NU,” tutur Mbah Siddiq.
Ternyata benar. Pada masa selanjutnya mbah siddiq banyak member peluang besar kepada anak-anak dan cucu-cucunya bagi kemajuan NU. Mereka adalah KH. Mahfudz Siddiq (Ketum PBNU), KH. Abdullah Sidddiq (Ketua PWNU Jatim), KH. Achmad Siddiq (Rais Amm PBNU), KH. Ali Mansur (cucu, Pencipta Shalawat Badar), KH. Abdul Hamid (cucu, dikenal sebagai waliyyullah dari Pasuruan), H. A. Hamid Widjaja (cucu, ketua PP. GP Asnor pertama dan Katib Amm PBNU), Hizbullah Huda (cucu, Ketua PW GP Ansor Jatim masa Gestapu dan salah seorang Pendiri PMII, dll.
Lahumul fatihah.
Sumber: Buku Antologi NU
(arifan)
(arifan)
Komentar
Posting Komentar