Langsung ke konten utama

Karomah Habib Munzir AlMusawa dan Habib Lutfi bin Yahya


Santrionline- Sumedang, menurut Ulama karomah seorang wali itu temrasuk dari mukjizatnya Rasulullah Saw.. karena seorang wali pastilah mengikuti Syariat Islam secara benar.. kalau seseorang Sayriatnya bagus dan mempunyai karomah, tanda seseorang itu benar di jalan Allah... kisah ini dari 
Muhammad Syamsuri yang admin sendiri pernah ketemu langsugn dengan orangnya.. bagaimana kisahnya? selamat membaca : 

Kisah tentang sebuah niat yang mengalahkan logika ilmiah. Kisah nyata Muhammad Syamsuri, beliau adalah Anggota Helm aktif (Grup Helm MR yaitu aktivis Majelis Rasulullah saw yang bertugas mengatur lalu lintas dan menghimbau Jama’ah Majelis Rasulullah saw agar mematuhi peraturan lalu lintas dan menggunakan helm bagi pengendara motor, serta mengatur kelancaran lalu lintas ketika ada pengajian Majelis Rasulullah saw.)
Karomah Nyata Habib Lutfi bin Yahya dan Habib Mundzir AlMusawa

Kisah ini dialami oleh saudara kita, namanya Muhammad Syamsuri. Beberapa waktu lalu beliau kecelakaan mobil di Tol Cipularang dan mengalami retak tulang kaki sehingga harus menggunakan kursi roda. Dokter sudah angkat tangan. Namun Syam tidak putus asa. Ia pergi ke Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan untuk minta doa. Syam ini adalah murid Habib Luthfi.


Pertama kali bertemu, Habib Luthfi bertanya kepada Syam tentang niatnya jika kakinya sembuh. Syam menjawab bahwa ia ingin kembali kerja di Jakarta. Spontan Habib Luthfi menjawab bahwa ia tidak mungkin sembuh seumur hidup, harus memakai kursi roda. Syam dan keluarganya menangis mendengar kabar itu. Setelah itu Habib Luthfi pun pergi dan membiarkan Syam selama 3 minggu di rumahnya.

Selama waktu itu Syam hanya bengong dan meratapi nasibnya. Hingga suatu malam Syam bermimpi didatangi Habib Munzir al Musawa yang lantas rebahan di samping Syam dan memberikan lembar jadwal majlis MR sambil berbisik, "Bilang Habib Luthfi bahwa kamu ikut saya di Jakarta".

Pagi harinya Syam lantas menemui Habib Luthfi dan berkata bahwa ia di Jakarta membantu dakwah Habib Munzir dengan mengatur lalu lintas. Mendengar hal itu Habib Luthfi kaget dan lantas bertanya apa yang menyebabkan dia berubah niat? Syam lantas menceritakan mimpinya. Habib Lutfi kemudian memeluk Syam dan berkata, "Kamu besok sembuh. Pulang ke Jakarta berkah". Habib Luthfi kemudian mengusap kaki Syam dengan air beberapa kali.

Malam harinya yaitu Senin malam bertepatan dengan majlis rutin MR di Al Munawar minggu lalu, jam 21.00 kaki Syam sudah bisa digerakkan dan bisa untuk berjalan. Akhirnya Syam bisa berjalan seperti sebelumnya dan kini Syam sudah kembali membantu dakwah Habib Munzir dengan aktif membantu mengatur lalu lintas di Al Munawar.

Karomah dua orang wali dan niat yang lurus mengalahkan logika ilmiah medis yang sudah mengatakan tidak akan sembuh.
Subhanallah…

Nafa'anallohu bihima, amin.

(muslimoderat/arifan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pon Pes Attauhidiyyah Tegal

Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang terletak di Desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di ketinggian, tepatnya di bawah kaki Gunung Slamet, tak jauh dari kawasan wisata Guci, bertemperatur udara yang cukup dingin. Untuk menuju lokasi pesantren tersebut, kita harus melalui jalan yang menanjak, berkelok, melintasi ladang tebu, persawahan, dan pepohonan yang rindang. Bulan juni kemaren Ponpes Attauhidiyyah dipilih sebagai tempat kegiatan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se – Indonesia ke V, sejak 7-10 Juni 2015. Melihat fisik bangunan Ponpes yang dipimpin oleh KH. Ahmad Saidi, terlihat pembangunannya yang sedang dalam proses penyelesaian, terutama asrama santri dan masjid. Pondok Pesantren At Tauhidiyah didirikan terbilang ponpes tertua di Tegal. Pon Pes Attauhidiyyah Didirikan oleh KH. Armia pada tahun 1880, di desa Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Cikura yang konon awalnya bernama desa Pemulia...

KH. KI AGENG HASAN BESARI TEGAL SARI PONOROGO - GURU PUJANGGA KI RONGGO WARSITO

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari. Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yan...

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa Ramadhan yang tak Terlupakan

Terbunuhnya Sayyidina Ali Oleh Ibnu Muljam, Peristiwa 7 Ramadhan yang tak Terlupakan   Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa. Tidak berhenti sampai di sana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ ...